Tanggal 4 Agustus 1951, fajar belum
lagi menyingsing. Laut bergemuruh oleh derai ombak yang menghantam
karang di kawasan pesisir Puys, Prancis.
Subuh
yang tenang dan damai. Namun hari itu berubah menjadi pengalaman
menakutkan bagi dua turis perempuan asal Inggris yang sedang berlibur di
Puys.
Puys, sebuah desa
tepi pantai dekat pelabuhan Dieppe di Normandy, Prancis menjadi lokasi
wisata alternatif dengan pemandangan pantai, beting, dan tebing karang.
Romantis untuk sebagian orang yang suka laut. Hal ini yang mendorong dua
turis perempuan itu memilih Puys sebagai tempat liburan musim gugur.
Namun pengalaman liburan itu menjadi kenangan tak terlupakan bagi
mereka.
Subuh hari itu,
kedua turis perempuan itu terbangun oleh gaduhnya suara tembakan gencar.
Suara itu semakin menguat dengan rentetan tembakan yang semakin gencar
disusul jeritan dan tangisan yang sangat kacau, lalu terdengar dengung
sejumlah pesawat pembom, ledakan bom, tembakan mortir dan tembakan,
teriakan… Keduanya kaget bukan kepalang. Mereka kini seolah berada di
tengah kancah pertempuran hebat.
Suara
demi suara pertempuran itu tetap menggema dan terdengar jelas oleh
mereka. Namun mereka tak berani bergeming keluar dari kamarnya. Hanya
tiarap dan bersembunyi ketakutan di sudut kamar. Tubuh menggigil akibat
suara tembakan dan ledakan yang kadang terdengar sangat dekat, atau
suara-suara perintah khas militer dalam bahasa Inggris dan Jerman,
jeritan kesakitan, dan isak tangis.
Selama
kurang lebih tiga jam mereka mendengar jelas semua suara pertempuran di
luar sana. Sampai akhirnya suara-suara mengerikan itu semakin samar…
samar… dan hilang! Debur gelombang menghantam karang sayup kembali
terdengar. Fajar sudah menyingsing.
Setelah
menenangkandiri, keduanya kemudian memberanikan diri keluar kamar.
Dengan takut-takut mereka mengintip keluar jendela. Pemandangan di luar
sana normal. Tak ada bekas pertempuran baru sama sekali. Hanya rumah,
karang, pantai, pepohonan… suasana hariandi Puys.
Keduanya
kemudian bertanya-tanya kepada beberapa orang yang berada di dkat sana,
apakah mereka mendengar suara pertempuran barusan? Semua hanya
menggeleng dengan wajah bingung. Tak ada kegaduhan apapun apalagi suara
tembakan dan ledakan bom. Seorang penduduk lokal yang agak tua
mengatakan tak ada pertempuran baru di Normandia setelah D-Day
“Operation Overlord” (1945) dan Operation Jubilee (1942). Sang kakek
menjelaskan bahwa Pelabuhan Dieppe, Puys and Pourville merupakan titik
pendaratan pasukan gabungan Sekutu (Inggris, Kanada, AS dan Polandia)
dalam Operation Jubille 19 Agustus 1942.
Lantas,
apakah yang sebenarnya terjadi? Kedua turis Inggris itu tak mengerti.
Mereka sangat yakin bahwa apa yang mereka dengar adalah sebuah
pertempuran yang bahkan seolah bisa mereka lihat. Dalam kebingungan,
mereka kemudian membuat laporan ke otoritas setempat mengenai fenomena
tersebut. Mulanya laporan itu diabaikan, namun akhirnya sebuah lembaga
khusus di Inggris tertarik akan hal tersebut.
Detail yang Mencengangkan
Detail yang Mencengangkan
British Society of Psychical Research lah yang kemudian melakukan riset dan penelitian terhadap fenomena tersebut. Mereka sangat yakin bahwa apa yang dialami dua turis perempuan Inggris itu adalah bagian dari misteri alam yang tidak terpecahkan. Namun mereka punya asumsi, kemungkinan keduanya telah terjebak dalam “kedutan waktu”. Suatu fenomena terbukanya semacam portal energi di suatu tempat yang memungkinkan orang bisa merasakan apa yang telah terjadi di masa lalu. Benarkah?
Mungkin
saja benar. Karena penelitian terhadap laporan perempuan itu memang
menunjukkan kesamaan peristiwa dengan kejadian nyata di Puys dalam gelar
Operation Jubilee, yaitu operasi tempur pendaratan Sekutu di Normandia
untuk memukul Jerman yang bercokol di Prancis pada 19 Agustus 1942.
Operasi itu gagal dan kemudian menjadi bahan pertimbangan penting untuk
gelar operasi tempur berikutnya “Operation Overlord” D-Day 6 Juni 1945
yang sukses mengalahkan dominasi Jerman di Prancis.
Bukti-bukti
kebenaran akurasi cerita kedua turis itu dibuktikan dengan kros cek
terhadap arsip data rahasia militer yang tidak pernah dipublikasikan.
Hasilnya ada sejumlah besar persamaan persitiwa yang mencengangkan semua
pihak.
Walau pun kedua
perempuan itu mengetahui kisah tentang Operasi Jubilee di Dieppe dari
banyak literatur saat itu, mereka tak akan mendapat detail penting
seperti yang tercantum dalam arsip rahasia militer itu. Namun
kenyataannya mereka memapar data detail yang hampir persis sama dengan
arsip militer tersebut.